Rabu, 24 Februari 2016

KEUNGGULAN ABSOLUT DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF DALAM PERDAGANGAN

Keunggulan Absolut

Para ekonom menggunakan istilah keunggulan absolut (absolute advantage) ketika membandingkan produktivitas seseorang, perusahaan, atau suatu bangsa dengan yang lain. Produsen yang membutuhkan input lebih sedikit untuk memproduksi suatu barang dikatakan memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi barang tersebut.

Sebagai contoh, katakanlah peternak memiliki keunggulan absolut, baik dalam memproduksi daging maupun kentang, karena ia mebutuhkan lebih sedikit waktu daripada untuk memproduksi satu unit kedua barang tersebut. Peternak hanya membutuhkan input 20 menit untuk memproduksi satu ons daging, sedang petani membutuhkan 60 menit. Peternak hanya membutuhkan 10 menit untuk memproduksi satu ons kentang, sedang petani membutuhkan 15 menit. Berdasarkan informasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa peternak memiliki biaya yang lebih rendah untuk memproduksi kentang, jika kita menghitung biaya dari segi jumlah input.

Biaya Kesempatan dan Keunggulan Komparatif

Ada cara lain dalam menghitung biaya produksi. Daripada membandingkan input yang dibutuhkan, kita dapat membandingkan biaya kesempatan (opportunity cost) dari memproduksi barang tersebut. Dalam kasus ini, kita berasumsi bahwa petani dan peternak masing-masing menghabiskan 8 jam sehari untuk bekerja. Oleh karena itu, waktu yang digunakan untuk memproduksi kentang mengurangi waktu yang tersedia untuk memproduksi daging. Saat peternak dan petani mengalokasikan ulang waktu mereka untuk memproduksi kedua barang tersebut, maka mereka bergerak di sepanjang kurva batas kemungkinan-kemungkinan produksi; mereka melepaskan produksi sejumlah barang yang satu untuk memproduksi sejumlah barang yang lain. Biaya kesempatan mengukur tradeoff antara kedua barang yang dihadapi oleh setiap produsen.

Mari pertama-tama kita pikirkan biaya kesempatan peternak. Dalam hal ini peternak membutuhkan waktu kerja selama 10 menit untuk memproduksi satu ons kentang. Saat peternak  menghabiskan 10 menit untuk memproduksi kentang, dia menghabiskan waktu 10 menit tanpa memproduksi daging. Karena peternak membutuhkan 20 menit untuk memproduksi satu ons daging, maka 10 menit kerja akan menghasilkan 1/2 ons daging. Karena itu, biaya kesempatan peternak untuk memproduksi satu ons kentang adalah 1/2 ons daging.

Sekarang pikirkan biaya kesempatan petani. Untuk memproduksi satu ons kentang membutuhkan 15 menit. Karena petani membutuhkan 60 menit untuk memproduksi satu ons daging, maka 15 menit kerja akan menghasilkan 1/4 ons daging. Karena itu, biaya kesempatan petani dari memproduksi satu ons kentang adalah 1/4 ons daging.

Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa biaya kesempatan daging merupakan kebalikan dari biaya kesempatan kentang, begitu pula sebaliknya. Karena satu ons kentang membebani peternak sebanyak 1/2 ons daging, maka satu ons daging membebani peternak sebanyak 2 ons kentang. Begitu juga kerena 1 ons kentang membebani petani 1/4 ons daging maka satu ons daging, membebani petani sebanyak 4 ons kentang.

Para ekonom menggunakan istilah keunggulan komparatif (comparative advantage) saat menggambarkan biaya kesempatan kedua orang produsen. Produsen yang melepaskan lebih sedikit barang lain untuk memproduksi suatu barang X memiliki biaya biaya kesempatan yang lebih kecil dalam memproduksi barang X, dan dikatakan memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksinya. Pada kasus ini, petani memiliki biaya kesempatan yang lebih rendah dalam memproduksi kentang daripada peternak: Satu ons kentang hanya membebani petani sebanyak 1/4 ons daging  dan membebani peternak sebanyak 1/2 ons daging. Sebaliknya peternak memiliki biaya kesempatan yang lebih rendah dalam memproduksi daging daripada petani: satu ons daging membebani peternak sebanyak 2 ons kentang dan membebani petani sebanyak 4 ons kentang. Maka, petani memiliki keunggulan komparatif dalam menanam kentang, dan peternak memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi daging.

Walaupun seseorang dimungkinkan untuk memiliki keunggulan absolut untuk kedua barang (seperti peternak dalam contoh diatas), tidaklah mungkin bagi seseorang untuk memiliki keunggulan komparatif untuk kedua barang tersebut. Karena biaya kesempatan dari satu barang adalah kebalikan dari barang lain, jika biaya kesempatan seseorang untuk barang yang satu relatif tinggi, maka biaya kesempatannya untuk barang yang lain pasti relatif lebih rendah. Keunggulan komparatif mencerminkan biaya kesempatan relatif. Kecuali kedua orang memiliki biaya kesempatan yang sama, orang yang satu akan memiliki keunggulan komparatif untuk barang yang satu dan orang lain akan memiliki keunggulan komparatif untuk barang yang lain.

Jumat, 19 Februari 2016

PRINSIP EKONOMI 10: MASYARAKAT MENGHADAPI TRADEOFF JANGKA PENDEK ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN

PRINSIP EKONOMI 10: MASYARAKAT MENGHADAPI TRADEOFF JANGKA PENDEK ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN

Ketika pemerintah meningkatkan jumlah uang di dalam perekonomian, hasilnya adalah inflasi. Hasil yang lain, setidaknya dalam jangka pendek, adalah tingkat pengangguran yang lebih rendah. Kurva yang menggambarkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran disebut kurva Phillips (Phillips curve), dinamai sesuai nama seorang ekonom yang pertama kali meneliti hubungan antara keduanya.

Kurva Phillips hingga sekarang terus menjadi topik yang kontroversial di antara kaum ekonom, tapi kebanyakan dari mereka setuju bahwa masyarakat menghadapi tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Artinya sederhana: sepanjang periode satu atau dua tahun, banyak kebijakan ekonomi menekan inflasi dan pengangguran dari arah yang berlawanan. Para pembuat kebijakan menghadapi tradeoff ini, terlepas dari apakah inflasi dan pengangguran awalnya berada pada tingkat yang tinggi (seperti di AS pada tahun 1980-an) atau pada tingkat yang rendah (Seperti di AS pada akhir 1990-an), atau di antara kedua tingkatan tersebut.

Tradeoff antara inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah sementara, namun dapat berlangsung menahun. Oleh karena itu, kurva Phillips penting bagi kita agar bisa memahami banyak perkembangan di bidang perekonomian. Khususnya, kurva Phillips penting untuk memahami siklus bisnis (business cycle), fluktuasi yang tidak menentu dan tidak dapat ditebak dalam kegiatan ekonomi, sebagaimana diukur dari banyaknya orang yang bekerja atau jumlah barang dan jasa yang dihasilkan.

Para pembuat kebijakan dapat mengeksploitasi tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran melalui beragam instrumen kebijakan. Dengan mengubah jumlah anggaran pembelanjaan negara, jumlah nilai pajak bagi pemerintah, dan jumlah uang yang dicetak, para pembuat kebijakan dapat mempengaruhi dampak kombinasi inflasi dengan pengagguran yang sedang dialami perekonomian suatu negara. Karena instrumen-instrumen pembuat kebijakan moneter dan fiskal memiliki kekuatan potensial yang besar, maka bagaimana instrumen-instrumen tersebut dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk mengendalikan perekonomian selalu menjadi topik yang akan mengundang perdebatan.

PRINSIP EKONOMI 9: HARGA-HARGA MENINGKAT JIKA PEMERINTAH MENCETAK UANG TERLALU BANYAK

PRINSIP EKONOMI 9: HARGA-HARGA MENINGKAT JIKA PEMERINTAH MENCETAK UANG TERLALU BANYAK

Di Jerman, pada bulan Januari 1921, harga koran adalah 0,3 mark. Kurang dari dua tahun kemudian, bulan November 1922, harga koran yang sama adalah 70 juta mark. Semua harga lainnya dalam perekonomian Jerman di masa itu meningkat dalam jumlah yang sama besar. Periode ini adalah salah satu contoh terjadinya inflasi (inflation) yang paling spektakuler sepanjang sejarah, ketika semua harga secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Meskipun AS belum pernah mengalami inflasi yang mirip dengan yang terjadi di Jerman tahun 1920-an, pada beberapa waktu inflasi telah menimbulkan banyak masalah perekonomian. Sepanjang tahun 1970-an, misalnya, tingkat harga secara keseluruhan telah meningkat lebih dari dua kali lipat, dan Presiden Gerald Ford menyebut inflasi sebagai "musuh rakyat nomer satu." Bandingkan dengan tingkat inflasi di tahun 1990-an yang hanya sebesar 3 persen per tahun; dengan tingkat seperti ini, perlu waktu setidaknya 20 tahun untuk harga-harga menjadi dua kali lipat. Karena inflasi yang tinggi menyulitkan rakyat dari berbagai segi, menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah adalah salah satu tujuan para pembuat kebijakan perekonomian di seluruh dunia.

Apa yang menyebabkan inflasi? Pada hampir setiap kasus tingkat inflasi yang terus-menerus dan besar-besaran, penyebab nya biasanya adalah hal yang sama, yaitu pertumbuhan jumlah uang. Ketika pemerintah mencetak uang dalam jumlah yang besar, nilai uang itu sendiri akan turun. Di Jerman pada awal 1920-an, ketika harga-harga pada umumnya meningkat tiga kali lipat setiap bulannya, jumlah uang juga meningkat tiga kali lipat setiap bulannya. Sejarah perekonomian di AS, meskipun tidak sedramatis Jerman, juga membawa kita pada kesimpulan serupa: Inflasi yang tinggi di tahun 1970-an dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah uang yang cepat, dan inflasi yang rendah di tahun 1990-an dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah uang yang lamban.

PRINSIP EKONOMI 8: STANDAR HIDUP SUATU NEGARA BERGANTUNG PADA KEMAMPUANNYA MENGHASILKAN BARANG DAN JASA

PRINSIP EKONOMI 8: STANDAR HIDUP SUATU NEGARA BERGANTUNG PADA KEMAMPUANNYA MENGHASILKAN BARANG DAN JASA

Perbedaan standar hidup di berbagai negara sangatlah mengagetkan. Pada tahun 2000, warga AS rata-rata memiliki penghasilan sebesar $34.100 per tahun. Pada tahun yang sama, warga Meksiko rata-rata berpenghasilan $800 setahun. Tidaklah aneh jika variasi yang sangat besar dalam pendapatan rata-rata ini tercermin pada berbagai ukuran kualitas hidup. Penduduk negara-negara dengan pendapatan tinggi memiliki lebih banyak pesawat televisi, mobil, layanan kesehatan yang lebih baik, dan usia harapan hidup yang lebih panjang daripada penduduk di negara-negara yang berpendapatan rendah.

Perubahan dalam standar-standar hidup dari waktu ke waktu pun cukup besar. Di AS pendapatan (dalam catatan sejarah) tumbuh 2 persen per tahun (disesuaikan dengan perubahan biaya hidup). Dengan tingkat pertumbuhan seperti ini, pendapatan rata-rata menjadi dua kali lipat setiap 35 tahun sekali. Sepanjang abad yang lampau, pendapatan rata-rata telah meningkat delapan kali lipat.

Apa yang bisa menjelaskan perbedaan-perbedaan yang sangat besar antara satu standar hidup dengan standar hidup lain di berbagai negara dan sepanjang waktu? Jawabannya ternyata sangat sederhana. Hampir semua variasi antara standar-standar hidup dapat dikaitkan dengan perbedaan produktivitas (produktivity) negara-negara, yaitu besarnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dari satu jam kerja seorang pekerja. Di negara-negara di mana pekerja dapat menghasilkan jumlah barang dan jasa yang banyak per satuan waktu, sebagian besar masyarakatnya menikmati standar hidup yang tinggi. Di negara-negara yang pekerjanya kurang produktif, kebanyakan masyarakat nya terpaksa ikut hidup sederhana. Begitu juga, tingkat pertumbuhan produktivitas suatu negara menentukan tingkat pertumbuhan pendapatan rata-ratanya.

Hubungan yang mendasar antara produktivitas dan standar hidup sebenarnya sederhana, namun implikasinya sangat lah besar. karena produktivitas adalah aspek primer yang berpengaruh terhadap standar hidup, penjelas-penjelas yang lain sifatnya sekunder. Sebagai contoh, peningkatan standar hidup kaum pekerja AS selama satu abad yang lampau dapat dikaitkan dengan solidnya perserikatan buruh atau adanya undang-undang yang mengatur kesejahteraan pekerjanya, misalnya aturan upah minimum. Namun, hal yang paling berdampak bagi mereka adalah produktivitas mereka yang meningkat. Sebagai contoh lain, beberapa orang mengatakan bahwa meningkatnya kemampuan kompetisi Jepang dan negara-negara lain menjadi alasan mengapa pertumbuhan pendapatan di AS selama tahun 1970-an - 1980-an sangatlah lamban. Namun, lagi-lagi hal yang paling berdampak bukanlah kompetisi dari luar, melainkan berkurangnya pertumbuhan produktivitas di AS.

Hubungan produktivitas dan standar hidup punya dampak yang besar dan penting bagi kebijakan publik. Ketika dihadapkan pada pertanyaan bagaimana suatu kebijakan dapat mempengaruhi standar hidup, inti dari pertanyaan itu sebenarnya adalah bagaimana kebijakan tersebut mempengaruhi kemampuan kita untuk menghasilkan barang dan jasa. Untuk meningkatkan standar hidup, para pembuat kebijakan harus meningkatkan produktivitas dengan cara memastikan bahwa para pekerja nya terdidik baik, memiliki peralatan yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa, serta memiliki akses ke teknologi terbaik yang tersedia.

Kamis, 18 Februari 2016

PRINSIP EKONOMI 7: PEMERINTAH TERKADANG MAMPU MENINGKATKAN HASIL-HASIL DARI PASAR

PRINSIP EKONOMI 7: PEMERINTAH TERKADANG MAMPU MENINGKATKAN HASIL-HASIL DARI PASAR

Jika kemampuan tangan tak tampak begitu besar, mengapa kita perlu pemerintah? Salah satu jawabannya adalah  tangan tak tampak perlu pemerintah untuk melindunginya. Pasar akan bekerja jika hak-hak kepemilikan diakui. Seorang petani tidak akan menanam padi jika pada akhirnya hasil panennya boleh saja dicuri, dan sebuah restoran tidak akan menyediakan makanan kecuali ada kepastian bahwa pembelinya akan membayar makanan tersebut. Kita semua mengandalkan polisi dan pengadilan yang disediakan pemerintah untuk menegakan hak-hak kita atas hal-hal yang kita hasilkan.

Tapi ada juga jawaban lain atas pertanyaan tersebut: Meskipun pasar adalah tempat yang baik untuk mengorganisasikan kegiatan ekonomi, pasar tidaklah sempurna. Ada dua alasan umum bagi pemerintah untuk melakukan intervensi di bidang ekonomi, yakni mendukung efisiensi dan pemerataan. Artinya kebijakan-kebijakan pemerintah bertujuan untuk memperbesar kue ekonomi atau untuk mengubah cara pembagian kue itu.

Meskipun tangan tak tampak biasanya memandu pasar mengalokasikan sumber-sumber daya secara efisien, hal ini tidak selalu terjadi. Para ekonom menggunakan istilah kegagalan pasar (market failure) saat merujuk pada situasi dimana pasar gagal mengalokasikan sumber-sumber daya itu secara efektif oleh kemampuannya sendiri. Salah satu penyebab kegagalan pasar adalah eksternalitas (externality), dampak tindakan-tindakan seorang terhadap kemakmuran orang-orang disekitarnya. Suatu contoh klasik dari biaya eksternal adalah polusi. Kemungkinan lain adalah kekuasaan pasar (market power), yaitu kemampuan sekelompok orang untuk mengatur harga-harga di pasar. Sebagai contoh, jika semua orang perlu air, tetapi hanya ada satu sumur, pemilik sumur tersebut tidak perlu bersaing dengan pihak lain. Dengan adanya eksternalitas atau kekuasaan pasar, kebijakan publik yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan efisiensi perekonomian.

Tangan tak tampak dapat gagal dalam memastikan bahwa kemakmuran didistribusikan dengan merata. Suatu perekonomian pasar memberi imbalan pada suatu pihak sesuai dengan kemampuannya menghasilkan barang-barang yang rela dibeli oleh pihak lain. Pemain basket terbaik dunia mendapatkan lebih banyak uang daripada pemain catur terbaik dunia, karena alasan sederhana bahwa orang-orang lebih rela membayar banyak untuk menonton pertandingan basket dibandingkan permainan catur. Tangan tak tampak tidak bisa memastikan semua orang mendapatkan makanan yang cukup, pakaian yang pantas, dan layanan kesehatan yang layak. Banyak kebijakan publlik, misalnya pajak pendapatan dan sistem tunjungan sosial, bertujuan mencapai distribusi kemakmuran yang lebih merata.

Pemerintah mampu meningkatkan kondisi perekonomian, namun tidak selalu berarti pemerintah akan melakukannya. Kebijakan publik dibuat bukan oleh malaikat, melainkan oleh suatu proses politis yang lebih sempurna. Terkadang kebijakan-kebijakan tersebut dirancang sekedar untuk menghargai mereka yang berkuasa dalam politik. Kali lain, kebijakan-kebijakan dibuat oleh para pemimpin yang punya niat baik tapi kekurangan informasi. Salah satu tujuan mempelajari ilmu ekonomi adalah membantu anda menentukan kapan suatu kebijakan dari pemerintah dapat disahkan untuk mendukung efisiensi dan pemerataan, dan kapan tidak.

KAMUS EKONOMI #B

Batas kemungkinan-kemungkinan produksi (production possibilities frontier) adalah grafik yang menunjukan kombinasi hasil-hasil yang dapat diproduksi perekonomian dengan faktor-faktor produksi dan teknologi produksi yang tersedia (Mankiw, 2006: 30).

Biaya Kesempatan (opportunity cost) adalah hal-hal yang harus anda korbankan untuk mendapatkan sesuatu (Mankiw, 2006: 7).

KAMUS EKONOMI #E

Efisiensi (efficiency) adalah kondisi dalam masyarakat dimana manfaat yang maksimal dapat diperoleh dari penggunaan seluruh sumber daya yang langka (Mankiw, 2006: 5).

Ekonomi makro (macroeconomics) adalah ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi secara luas, termasuk inflasi, pengagguran, dan pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2006: 33).

Ekonomi mikro (microeconomics) adalah ilmu yang mempelajari bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan berinteraksi di pasar (Mankiw, 2006: 33).

Ekspor (ekspor) adalah barang-barang yang diproduksi di dalam negeri dan dijual di luar negeri (Mankiw, 2006: 69).

Eksternalitas (externality) adalah dampak dari tindakan seseorang terhadap kesejahteraan orang lain (Mankiw, 2006: 13).

KAMUS EKONOMI #P

Pemerataan (equity) adalah kondisi dalam masyarakat dimana kekayaan ekonomi didistribusikan secara merata diantara seluruh anggotanya (Mankiw, 2006: 5).

Perekonomian Pasar (market economy) adalah suatu jenis perekonomian yang mengalokasikan sumber dayanya melalui keputusan-keputusan terdesentralisasi dari berbagai perusahaan dan rumah tangga, seiring dengan interaksi mereka di pasar barang dan jasa (Mankiw, 2006: 11).

Pernyataan normatif (normative statement) adalah pernyataan yang memberikan usulan bagaimana dunia seharusnya (Mankiw, 2006: 35).

Pernyataan positif (positive statement) adalah pernyataan yang menjelaskan dunia sebagaimana adanya (Mankiw, 2006: 35).

Perubahan Marginal (marginal changes) adalah penyesuaian-penyesuaian terhadap suatu rencana kerja (Mankiw, 2006: 7).

Produktivitas (productivity) adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dari setiap jam kerja satu orang pekerja (Mankiw, 2006: 15).

KAMUS EKONOMI #I

Ilmu Ekonomi (economics) adalah ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat mengelola sumber daya yang langka (Mankiw, 2006: 4).

Impor (imports) adalah barang-barang yang diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri (Mankiw, 2006: 69).

Inflasi (inflation) adalah peningkatan harga secara keseluruhan dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2006: 16).

KAMUS EKONOMI #K

Kelangkaan (scarcity) adalah keadaan alamiah dari sumber daya masyarakat yang senantiasa terbatas (Mankiw, 2006: 4).

Kegagalan Pasar (market failure) adalah situasi dimana suatu pasar gagal mengalokasikan sumber dayanya secara efisien dengan kekuatannya sendiri (Mankiw, 2006: 13).

Kekuasaan Pasar (market power) adalah kemampuan sekelompok orang dalam mengatur harga-harga di pasar (Mankiw, 2006: 13).

Keunggulan absolut (absolute advantage) adalah perbandingan antara produsen suatu barang menurut tingkat produktivitas mereka (Mankiw, 2006: 62).

Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah perbandingan antara produsen suatu barang menurut biaya kesempatan mereka (Mankiw, 2006: 63).

Kurva Phillips (Phillips curve) adalah kurva yang menunjukan tradeoff jangka pendek antara inflasi dengan pengangguran.

PRINSIP EKONOMI 6: PASAR ADALAH TEMPAT YANG BAIK UNTUK MENGORGANISASIKAN KEGIATAN EKONOMI

PRINSIP EKONOMI 6: PASAR ADALAH TEMPAT YANG BAIK UNTUK MENGORGANISASIKAN KEGIATAN EKONOMI

Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan Eropa Timur tahun 1980-an mungkin merupakan perubahan paling penting di seluruh dunia selama setengah abad yang lampau. Negara-negara komunis bekerja dengan premis bahwa perencana-perencana pusat dalam pemerintahan adalah pengatur kegiatan ekonomi yang terbaik. Perencana-perencana inilah yang memutuskan barang dan jasa yang dihasilkan, seberapa banyak, serta siapa yang menghasilkan dan mengkonsumsi nya. Hal ini didasarkan atas teori yang mengatakan bahwa pemerintah dapat mengorganisasikan ekonomi sedemikian sehingga kemakmuran suatu negara dapat tercapai.

Sekarang ini, kebanyakan negara yang sebelumnya memiliki perekonomian yang tersentralisasi meninggalkan sistem tersebut dan mencoba mengembangkan perekonomian pasar. Dalam sebuah perekonomian pasar (market economy), keputusan-keputusan dari perencana yang terpusat digantikan dengan keputusan-keputusan dari jutaan perusahaan dan rumah tangga. Perusahaan memutusakan siapa yang akan dipekerjakan dan barang apa yang dihasilkan. Rumah tangga memutuskan akan bekerja di perusahaan apa dan  akan membeli apa dengan pendapatan mereka. Perusahaan dan rumah tangga saling berinteraksi di pasar, di mana harga dan kepentingan pribadi memandu keputusan-keputusan yang mereka buat.

Sekilas, suksesnya perekonomian pasar mengundang pertanyaan. Bagaimanpun juga, dalam perekonomian pasar tidak ada satu pun pihak yang mengharapkan tercapainya kemakmuran masyarakat yang seutuhnya. Dalam pasar bebas terdapat banyak pembeli dan penjual dari berbagai barang dan jasa, dan semuanya memiliki kepentingan masing-masing. Kendati demikian, walaupun pengambilan keputusan terjadi secara sendiri-sendiri oleh pihak-pihak yang mementingkan diri sendiri, perekonomian pasar telah terbukti sukses dalam mengorganisasikan kegiatan ekonomi yang berhasil meningkatkan kemakmuran bersama.

Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation yang terbit tahun 1776, Adam Smith merumuskan pengamatan yang paling terkenal di bidang ekonomi: semua rumah tangga dan perusahaan yang berinteraksi di pasar bertindak seolah-olah dibimbing oleh suatu "tangan tak tampak" (invisible hand) yang membawa mereka pada hasil-hasil yang dikehendaki di pasar. Seiring dengan anda mempelajari ekonomi, anda akan sadar bahwa harga-harga adalah alat yang digunakan oleh tangan tak tampak ini untuk mengatur kegiatan ekonomi. Harga mencerminkan nilai suatu barang bagi masyarakat, sekaligus biaya yang harus dibayar untuk membuat barang tersebut. Karena rumah tangga dan perusahaan mempertimbangkan harga saat mengambil keputusan untuk menjual dan membeli, tanpa sadar mereka memperhitungkan manfaat dan biaya dari tindakan mereka secara sosial. Hasilnya, harga-harga memandu para pengambil keputusan individu ini untuk mencapai hasil-hasil yang, dalam banyak kasus, memaksimalkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Ada hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan kemampuan tangan tak tampak dalam memandu kegiatan ekonomi: Ketika pemerintah mencegah harga-harga untuk menyesuaikan diri secara alamiah terhadap permintaan dan penawaran, kemampuan tangan tak tampak untuk mengoordinasikan jutaan rumah tangga dan perusahaan yang menyusun perekonomian menjadi lumpuh. Hal ini menjelaskan mengapa pajak berdampak buruk pada alokasi sumber-sumber daya: Pajak merusak harga, dan otomatis juga merusak keputusan-keputusan perusahaan dan rumah tangga. Hal ini juga menjelaskan dampak-dampak lebih buruk yang disebabkan oleh berbagai kebijakan yang langsung mengontrol harga. Misalnya, pengontrolan biaya sewa. Dan hal itu juga menjelaskan mengapa komunisme gagal. Di negara komunis, harga tidak ditentukan di pasar, melainkan didikte oleh para perencana terpusat. Perencana terpusat ini tidak memiliki informasi yang tercermin dari harga ketika harga itu bebas untuk menanggapi kekuatan pasar. Perencana terpusat gagal karena mereka menjalankan perekonomian dengan satu tangan terikat di belakang mereka, yaitu tangan tak tampak itu sendiri.

PRINSIP EKONOMI 5: PERDAGANGAN MENGUNTUNGKAN SEMUA PIHAK

PRINSIP EKONOMI 5: PERDAGANGAN MENGUNTUNGKAN SEMUA PIHAK

Mungkin anda pernah mendengar berita bahwa Jepang adalah pesaing utama AS dalam kancah perekonomian dunia. Untuk beberapa kasus, hal ini benar, karena perusahaan-perusahaan AS dan Jepang memang memproduksi barang-barang yang serupa. Ford dan Toyota bersaing di pasar mobil dunia. Compaq dan Toshiba bersaing di pasar komputer dunia.

Mudah sekali kita berkesimpulan keliru ketika menganalisis kompetisi antarnegara. Perdagangan antara AS dan Jepang, seperti juga negara mana pun, bukanlah seperti pertandingan olahraga di mana satu pihak menang dan satu pihak kalah. Justru sebaliknya: Perdagangan antara dua negara akan menguntungkan keduanya.

Untuk mendapatkan alasannya, bayangkan bagaimana perdagangan mempengaruhi keluarga anda. Ketika satu anggota keluarga mencari pekerjaan. Keluarga juga bersaing satu sama lain saat mereka berbelanja, karena masing-masing keluarga mau membeli barang-barang yang terbaik dengan harga yang murah. Jadi, suatu keluarga dalam perekonomian bersaing dengan keluarga lainnya.

Kendati demikian, keluarga anda tidak akan lebih diuntungkan jika mengisolasikan diri dari keluarga yang lain. Jika begitu, keluarga anda harus memproduksi makanan sendiri, pakaian sendiri, dan membangun rumah sendiri. Jelas bahwa keluarga anda mendapatkan banyak hal dari perdagangan dengan pihak lain. Perdagangan membuat semua orang dapat berspesialisasi dalam keahlian mereka, seperti beternak, menjahit, atau membangun rumah. Dengan berdagang masyarakat dapat membeli lebih banyak barang dan jasa dengan harga yang lebih murah.

Negara, seperti juga keluarga, juga diuntungkan dari perdagangan. Perdagangan menyebabkan negara-negara dapat berspesialisasi dalam keahlian mereka dan menikmati lebih banyak barang dan jasa. Negara Jepang, seperti juga Prancis, Mesir, dan Brasil adalah mitra AS di kancah perekonomian dunia, sekaligus pesaing-pesaingnya.

PRINSIP EKONOMI 4: ORANG TANGGAP TERHADAP INSENTIF

PRINSIP EKONOMI 4: ORANG TANGGAP TERHADAP INSENTIF

Karena manusia mengambil keputusan dengan cara membandingkan keuntungan dan biaya, maka kebiasaan mereka akan berubah jika ada perubahan pada keuntungan atau biayanya. Artinya, kita tanggap terhadap insentif. Ketika harga apel naik, misalnya, orang akan lebih memilih untuk makan buah pir karena biaya membeli sebuah apel lebih tinggi. Pada saat yang bersamaan, pengusaha apel akan mempekerjakan lebih banyak karyawan dan memanen lebih banyak apel, karena keuntungan menjual sebuah apel juga lebih tinggi. Sebagaimana akan kita lihat, adalah penting untuk memahami pengaruh dari harga terhadap perilaku jual beli di pasar. Dengan demikian, kita juga akan memahami bagaimana perekonomian bekerja.

Pembuat kebijakan publik tidak boleh melupakan pentingnya insentif, karena banyak kebijakan yang bisa mengubah biaya atau keuntungan bagi orang-orang, sehingga mengubah perilaku mereka. Pajak bahan bakar, misalnya, mendorong masyarakat untuk mengendarai mobil yang lebih kecil dan efisien. Mereka juga akan terdorong untuk menggunakan alat transportasi publik dibandingkan mengendarai mobil, dan juga akan mempertimbangkan untuk tinggal lebih dekat dengan tempat kerja mereka. Jika pajak bahan bakar menjadi cukup besar, mungkin masyarakat akan mulai mengendarai mobil listrik.

ketika para pembuat kebijakan gagal mempertimbangkan bahwa kebijakan-kebijakan mereka akan berdampak pada perilaku masyarakat terhadap insentif, hasilnya bisa jadi tidak sesuai dengan keinginan. Contohnya keamanan berkendara. Sekarang semua mobil memiliki sabuk pengaman, tetapi tidak begitu keadaannya pada 50 tahun yang lalu. Ditahun 1960-an, buku Ralph Nader yang berjudul Unsafe at Any Speed membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap keamanan kendaraan mereka. Kongres meresponnya dengan membuat aturan yang mengharuskan sabuk pengaman dipasang pada setiap mobil baru.

Apa pengaruh sabuk pengaman terhadap keamanan kendaraan? Pengaruh langsung nya jelas: Ketika seorang memakai sabuk pengaman, kemungkinan selamat dari kecelakaan lalu lintas menjadi lebih tinggi. Namun itu bukan akhir dari cerita, karena aturan tersebut juga mempengaruhi perilaku masyarakat dengan cara mengubah insentif. Perilaku yang relavan disini adalah bagaimana para pengemudi berkendara, seberapa cepat dan hati-hati. Mengendarai mobil terlalu pelan dan terlampau hati-hati biayanya tinggi karena memakan waktu dan energi si pengemudi. Ketika mempertimbangkan seberapa hati-hati harus berkendaraan, orang-orang yang rasional membandingkan keuntungan marginal dari mengemudi lebih hati-hati dengan biaya marginalnya. Orang-orang akan mengemudikan kendaraannya dengan lebih pelan dan hati-hati jika keuntungan yang ditawarkan lebih tinggi. Tentunya tidak mengherankan jika orang lebih berhati-hati ketika berkendaraan di jalan licin daripada di jalan mulus.

Bayangkan bagaimana aturan tentang sabuk pengaman mengubah perhitungan untung-biaya seorang pengemudi. Sabuk pengaman memperkecil biaya kecelakaan bagi si pengemudi, karena kemungkinan cedera atau kematian lebih kecil. Dengan kata lain, sabuk pengaman mengurangi keuntungan dari mengemudi pelan dan hati-hati. Orang -orang menanggapi aturan sabuk pengaman sebagaimana mereka tanggap terhadap perbaikan jalan raya, dengan mengemudi lebih cepat dan gegabah. hasil akhir dari aturan sabuk pengaman adalah angka kecelakaan yang lebih tinggi. Berkurangnya jumlah orang yang mengemudi dengan hati-hati  berdampak jelas pada pejalan kaki, yang lebih mungkin terkena kecelakaan namun (tidak seperti pengemudi) tidak mendapat keuntungan dari perlindungan yang ditambahkan oleh aturan tersebut.

Awalnya, pembahasan mengenai insentif dan sabuk pengaman sepertinya tidak berhubungan. Namun, pada suatu penelitian di tahun 1975, ekonomi Sam Peltzman menunjukan bahwa aturan-aturan keamanan berkendaraan memunculkan banyak pengaruh. Menurut bukti-bukti Peltzman, aturan-aturan ini berujung pada jumlah kematian per kecelakaan yang lebih sedikit, tetapi jumlah kecelakaannya jadi jauh lebih banyak. Hasil netonya adalah sedikit perubahan pada angka kematian pengemudi, dan peningkatan pada angka kematian pejalan kaki.

Analisis Petzman terhadap keamanan berkendara adalah suatu contoh dari prinsip umum yang mengatakan bahwa kita tanggap terhadap insentif. Banyak insentif yang dipelajari para ekonom lebih nyata sifatnya daripada aturan keamanan berkendaraan. Tidak ada yang terkejut jika masyarakat di Eropa, yang pajak bahan bakar nya lebih tinggi di AS, mengemudikan mobil yang lebih kecil. Bagaimana pun juga, seperti yang ditunjukan oleh contoh tadi, suatu kebijakan dapat menghasilkan pengaruh yang awalnya tidak terlalu jelas. Ketika menganalisis kebijakan apapun, kita harus mempertimbangkan tidak hanya pengaruh-pengaruh langsungnya, tetapi juga pengaruh-pengaruh tidak langsung yang timbul akibat adanya insentif. Jika kebijakan tersebut mengubah insentif, perilaku masyarakat akan ikut berubah.

PRINSIP EKONOMI 3: ORANG RASIONAL BERPIKIR PADA BATAS-BATAS

PRINSIP EKONOMI 3: ORANG RASIONAL BERPIKIR PADA BATAS-BATAS

Keputusan dalam hidup jarang ada yang benar-benar hitam atau putih, tetapi biasanya berada di daerah abu-abu. Saat makan malam, kita tidak harus memutuskan untuk berpuasa atau makan serakus babi, namun kita harus memilih apakah kita perlu menambah sesendok nasi lagi atau tidak. Saat musim ujian, pilihan kita bukanlah antara tidak belajar sama sekali atau belajar 24 jam sehari, tetapi apakah kita akan menghabiskan satu jam lagi untuk belajar daripada menonton TV. Para ekonom menggunakan istilah perubahan marginal (marginal changes) untuk menjelaskan penyesuaian-penyesuaian terhadap sebuah rencana kerja yang sudah ada sebelumnya. Ingat bahwa "margin" berarti "tepi," jadi perubahan marginal adalah penyesuaian di tepi-tepi suatu hal yang anda kerjakan.

Dalam berbagai situasi, manusia membuat keputusan-keputusan terbaiknya dengan berpikir pada batas-batas. Misalnya, anda meminta saran kepada teman mengenai berapa tahun seharusnya bersekolah, jika teman anda membandingkan gaya hidup seorang doktor dengan seorang yang tidak tamat sekolah, bisa jadi anda tidak akan puas dengan perbandingan tersebut, karena hal tersebut tidak membantu anda dalam mengambil keputusan. Pasti anda cukup terpelajar, dan kemungkinan besar anda sedang memikirkan apakah akan menghabiskan satu atau dua tahun lagi di sekolah. Untuk membuat keputusan ini, anda harus tahu keuntungan yang didapat dari satu tahun tambahan di sekolah (gaji anda akan lebih tinggi dan anda akan belajar lebih banyak ilmu) dan juga biaya yang harus anda bayar (uang sekolah dan gaji yang tidak anda dapatkan selama bersekolah). Dengan membandingkan keuntungan marginal dan biaya marginal, anda dapat memutuskan apakah satu tahun tambahan di sekolah layak untuk dijalani.

Sebagai contoh lain, bayangkan sebuah perusahaan penerbangan yang harus menentukan harga tiket untuk penumpang yang membelinya di saat-saat akhir. Jika menerbangkan sebuah pesawat dengan kapasitas 200 orang membutuhkan biaya $100.000, maka biaya rata-rata satu kursi adalah $500. Siapa pun bisa segera menyimpulkan bahwa perusahaan penerbangan itu tidak boleh menjual tiket di bawah $500. Namun faktanya, perusahaan penerbangan itu dapat meningkatkan keuntungannya dengan cara berpikir pada batas-batas. Bayangkan pesawat itu terbang dengan 10 kursi kosong, sementara ada seorang calon penumpang yang rela membayar $300 untuk terbang. Apakah perusahaan penerbangan itu seharusnya menjual tiket seharga $300 untuk orang tersebut? Tentu saja harus. Jika ada kursi kosong di pesawat itu, adanya tambahan satu orang penumpang hanya akan menambah biaya operasionalnya sedikit sekali. Meskipun biaya rata-rata untuk menerbangkan seorang penumpang adalah $500, biaya marginal-nya hanyalah sebesar konsumsi untuk orang tersebut. Selama si penumpang tambahan membayar lebih daripada biaya marginal, menjual tiket kepadanya tentu saja menguntungkan.

Seperti yang ditunjukan dalam contoh-contoh di atas, individu dan perusahaan dapat mengambil keputusan-keputusan yang lebih baik dengan cara berpikir pada batas-batas. Seorang pengambil keputusan yang rasional akan bertindak, jika dan hanya jika keuntungan dari tindakan tersebut melebihi biaya marginalnya.

Rabu, 17 Februari 2016

PRINSIP EKONOMI 2: BIAYA ADALAH APA YANG ANDA KORBANKAN UNTUK MENDAPATKAN SESUATU

PRINSIP EKONOMI 2: BIAYA ADALAH APA YANG ANDA KORBANKAN UNTUK MENDAPATKAN SESUATU

Karena semua orang menghadapi tradeoff, maka untuk mengambil keputusan kita harus membandingkan biaya dan manfaat dari setiap tindakan yang akan dilakukan. Dalam banyak kasus, biaya terkadang tidak terlihat terlalu jelas di awalnya.

Sebagai contoh, keputusan untuk duduk di bangku kuliah. Keuntungan nya adalah mendapatkan kepintaran dan berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Tapi pengorbanannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin anda akan langsung menjumlahkan biaya yang harus dihabiskan untuk kuliah, buku pelajaran, biaya sewa tempat tinggal (indekos), dan uang makan. Meskipun begitu, jumlah ini bukanlah representasi yang sesungguhnya dari apa yang anda korbankan dalam setahun duduk di bangku kuliah.

Masalah yang pertama adalah hal-hal yang sebenarnya bukan merupakan biaya dari kuliah. Sekalipun tidak kuliah, anda tetap membutuhkan tempat untuk tidur dan makan. Biaya sewa tempat tinggal dan uang makan disebut biaya hanya karena keduanya menjadi lebih mahal pada masa anda kuliah, di kampus, daripada di tempat lain. Memang, biaya sewa tempat tinggal dan uang makan anda sekarang bisa jadi lebih daripada mereka yang tinggal atau kuliah di tempat lain. Jika begitu, maka sebenarnya selisih biaya sewa dan uang makan tersebut adalah keuntungan dari berkuliah, alih-alih biayanya.

Masalah kedua yang muncul adalah penghitungan biaya ini mengabaikan biaya terbesar dari kuliah, yaitu waktu. Ketika anda menghabiskan waktu setahun untuk mendengarkan kuliah, membaca buku teks, dan mengerjakan makalah, tidak bisa menggunakan waktu tersebut untuk bekerja. bagi kebanyakan mahasiswa, upah terbesar yang diberikan dari menghadiri kuliah adalah biaya tunggal terbesar dari pendidikan mereka.

Biaya kesempatan (opportunity cost) dari sesuatu adalah hal-hal yang harus anda korbankan untuk mendapatkannya. Ketika mengambil keputusan, misalnya untuk kuliah, siapa saja harus sadar akan biaya kesempatan yang mungkin menyertai setiap tindakan. Faktanya, mereka biasanya sadar akan hal itu. Atlet-atlet usiah kuliah yang bisa mendapatkan uang jutaan jika mereka berhenti sekolah dan masuk dunia profesional sepenuhnya sadar bahwa biaya kesempatan mereka untuk masuk kuliah sangatlah besar. Tidaklah mengherankan jika sering kali mereka berpendapat bahwa manfaatnya tidaklah sepadan dengan biayanya.

PRINSIP EKONOMI 1: ORANG MENGHADAPI TRADEOFF

PRINSIP EKONOMI 1: ORANG MENGHADAPI TRADEOFF 

Pelajaran pertama mengenai pengambilan keputusan dapat dirangkum dalam peribahasa: "Tak ada yang gratis di dunia ini" (there's  no such thing as free lunch). Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, kita biasanya harus mengorbankan sesuatu lain yang sama-sama berharga. Membuat keputusan menghadapkan kita pada pertukaran (tradeoff), merelakan sesuatu untuk suatu tujuan.

Bayangkan seorang mahasiswa yang harus memutuskan bagaimana mengalokasikan sumber dayanya yang palig berharga, yaitu waktu. Mahasiswa ini dapat menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar tentang ekonomi; psikologi; atau bisa membagi waktunya untuk belajar kedua hal tersebut secara bersamaan. Untuk setiap jam ia belajar ekonomi, ia mengorbankan waktunya untuk belajar psikologi, dan untuk setiap jam yang ia habiskan untuk belajar, maka ia juga mengorbankan waktunya untuk tidur, bersepeda, menonton TV, atau bekerja paruh waktu untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Bayangkan juga orang tua yang harus memutuskan bagaimana membelanjakan penghasilan mereka. Mereka bisa membeli makanan, pakaian, atau berlibur bersama keluarga. Mereka juga bisa menabung sebagian untuk masa pensiun atau untuk biaya pendidikan anak-anak. Ketika memilih menghabiskan sejumlah uang untuk membeli salah satu barang, mereka harus mengorbankan barang lain yang juga bisa dibeli dengan sejumlah uang tersebut.

Ketika orang-orang dikelompokan ke dalam masyarakat, mereka menghadapi berbagai jenis tradeoff. Salah satunya yang klasik adalah kasus "senjata dan mentega." Semakin banyak pendapatan suatu negara dihabiskan untuk pertahanan (membeli senjata), maka semakin sedikit uang yang bisa dibelanjakan untuk membeli makanan (mentega) untuk meningkatkan taraf hidup. Hal yang sama pentingnya dalam masyarakat modern adalah tradeoff antara lingkungan bersih dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Aturan yang mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat polusi mensyaratkan adanya dana tambahan yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Karena biayanya lebih tinggi, maka perusahaan harus rela mendapatkan keuntungan yang lebih sedikit, mengurangi upah karyawannya, menaikan harga jualnya, atau kombinasi dari ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, sementara aturan mengenai polusi membawa manfaat, yaitu lingkungan yang lebih bersih, keuntungan perusahaan menjadi berkurang.

Tradeoff lain yang dihadapi oleh masyarakat adalah antara efisiensi dengan pemerataan. Efisiensi (efficiency) berarti masyarakat mendapatkan manfaat yang optimal atas penggunaan sumber-sumber daya yang langka. Sementara itu, pemerataan (equity) berarti manfaat dan sumber-sumber daya tersebut didistribusikan secara adil di antara anggota masyarakat. Dengan kata lain, efisiensi merujuk pada besarnya suatu 'kue ekonomi,' pemerataan merujuk pada bagaimana 'kue ekonomi' itu dibagi. Sering kali ketika kebijakan-kebijakan pemerintah sedang disusun, kedua hal ini menimbulkan konflik.

Sebagai contoh adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk mencapai kesejahteraan yang lebih merata. Sebagian kebijakan ini, misalnya sistem kemakmuran atau asuransi bagi pengangguran, mencoba membantu anggota masyarakat yang paling membutuhkan. Yang lainnya, seperti pajak penghasilan individu, meminta mereka yang sukses secara finansial untuk lebih memberikan kontribusi guna mendukung pemerintah. Meskipun kebijakan-kebijakan ini bermanfaat untuk menghasilkan pemerataan yang lebih baik, ada pula dampak buruknya: berkurangnya efisiensi. Saat pemerintah melakukan pemerataan pendapatan dari yang kaya ke yang miskin, pemerintah mengurangi penghargaan atas kerja keras rakyatnya. Hasilnya, kinerja orang-orang akan menurun dan barang atau jasa yang dihasilkan oleh mereka jadi lebih sedikit. Dengan kata lain, ketika pemerintah mencoba memotong 'kue ekonomi' ke dalam bagian-bagian yang sama besar, potongan-potongannya tentu saja jadi semakin kecil.

Menyadari bahwa semua orang menghadapi tradeoff tidak secara langsung memberitahukan kepada kita mana keputusan yang harus diambil. Seorang mahasiswa tidak boleh mengabaikan psikologi begitu saja hanya karena ia ingin memiliki lebih banyak waktu untuk belajar ekonomi. Masyarakat tidak boleh begitu saja berhenti menjaga kebersihan lingkungan hanya karena peraturan-peraturan tersebut mengurangi taraf hidup mereka secara materi. Masyarakat miskin tidak boleh diabaikan hanya karena membantu mereka berarti merusak insentif kerja. kendati demikian, menyadari tradeoff yang harus dihadapi sangatlah penting karena semua orang akan dapat mengambil keputusan terbaik jika semua pilihan yang ada dimengerti dengan baik.