Rabu, 17 Februari 2016

PRINSIP EKONOMI 1: ORANG MENGHADAPI TRADEOFF

PRINSIP EKONOMI 1: ORANG MENGHADAPI TRADEOFF 

Pelajaran pertama mengenai pengambilan keputusan dapat dirangkum dalam peribahasa: "Tak ada yang gratis di dunia ini" (there's  no such thing as free lunch). Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, kita biasanya harus mengorbankan sesuatu lain yang sama-sama berharga. Membuat keputusan menghadapkan kita pada pertukaran (tradeoff), merelakan sesuatu untuk suatu tujuan.

Bayangkan seorang mahasiswa yang harus memutuskan bagaimana mengalokasikan sumber dayanya yang palig berharga, yaitu waktu. Mahasiswa ini dapat menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar tentang ekonomi; psikologi; atau bisa membagi waktunya untuk belajar kedua hal tersebut secara bersamaan. Untuk setiap jam ia belajar ekonomi, ia mengorbankan waktunya untuk belajar psikologi, dan untuk setiap jam yang ia habiskan untuk belajar, maka ia juga mengorbankan waktunya untuk tidur, bersepeda, menonton TV, atau bekerja paruh waktu untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Bayangkan juga orang tua yang harus memutuskan bagaimana membelanjakan penghasilan mereka. Mereka bisa membeli makanan, pakaian, atau berlibur bersama keluarga. Mereka juga bisa menabung sebagian untuk masa pensiun atau untuk biaya pendidikan anak-anak. Ketika memilih menghabiskan sejumlah uang untuk membeli salah satu barang, mereka harus mengorbankan barang lain yang juga bisa dibeli dengan sejumlah uang tersebut.

Ketika orang-orang dikelompokan ke dalam masyarakat, mereka menghadapi berbagai jenis tradeoff. Salah satunya yang klasik adalah kasus "senjata dan mentega." Semakin banyak pendapatan suatu negara dihabiskan untuk pertahanan (membeli senjata), maka semakin sedikit uang yang bisa dibelanjakan untuk membeli makanan (mentega) untuk meningkatkan taraf hidup. Hal yang sama pentingnya dalam masyarakat modern adalah tradeoff antara lingkungan bersih dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Aturan yang mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat polusi mensyaratkan adanya dana tambahan yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Karena biayanya lebih tinggi, maka perusahaan harus rela mendapatkan keuntungan yang lebih sedikit, mengurangi upah karyawannya, menaikan harga jualnya, atau kombinasi dari ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, sementara aturan mengenai polusi membawa manfaat, yaitu lingkungan yang lebih bersih, keuntungan perusahaan menjadi berkurang.

Tradeoff lain yang dihadapi oleh masyarakat adalah antara efisiensi dengan pemerataan. Efisiensi (efficiency) berarti masyarakat mendapatkan manfaat yang optimal atas penggunaan sumber-sumber daya yang langka. Sementara itu, pemerataan (equity) berarti manfaat dan sumber-sumber daya tersebut didistribusikan secara adil di antara anggota masyarakat. Dengan kata lain, efisiensi merujuk pada besarnya suatu 'kue ekonomi,' pemerataan merujuk pada bagaimana 'kue ekonomi' itu dibagi. Sering kali ketika kebijakan-kebijakan pemerintah sedang disusun, kedua hal ini menimbulkan konflik.

Sebagai contoh adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk mencapai kesejahteraan yang lebih merata. Sebagian kebijakan ini, misalnya sistem kemakmuran atau asuransi bagi pengangguran, mencoba membantu anggota masyarakat yang paling membutuhkan. Yang lainnya, seperti pajak penghasilan individu, meminta mereka yang sukses secara finansial untuk lebih memberikan kontribusi guna mendukung pemerintah. Meskipun kebijakan-kebijakan ini bermanfaat untuk menghasilkan pemerataan yang lebih baik, ada pula dampak buruknya: berkurangnya efisiensi. Saat pemerintah melakukan pemerataan pendapatan dari yang kaya ke yang miskin, pemerintah mengurangi penghargaan atas kerja keras rakyatnya. Hasilnya, kinerja orang-orang akan menurun dan barang atau jasa yang dihasilkan oleh mereka jadi lebih sedikit. Dengan kata lain, ketika pemerintah mencoba memotong 'kue ekonomi' ke dalam bagian-bagian yang sama besar, potongan-potongannya tentu saja jadi semakin kecil.

Menyadari bahwa semua orang menghadapi tradeoff tidak secara langsung memberitahukan kepada kita mana keputusan yang harus diambil. Seorang mahasiswa tidak boleh mengabaikan psikologi begitu saja hanya karena ia ingin memiliki lebih banyak waktu untuk belajar ekonomi. Masyarakat tidak boleh begitu saja berhenti menjaga kebersihan lingkungan hanya karena peraturan-peraturan tersebut mengurangi taraf hidup mereka secara materi. Masyarakat miskin tidak boleh diabaikan hanya karena membantu mereka berarti merusak insentif kerja. kendati demikian, menyadari tradeoff yang harus dihadapi sangatlah penting karena semua orang akan dapat mengambil keputusan terbaik jika semua pilihan yang ada dimengerti dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar